Sebagai generasi muda yang peduli pada kondisi sosial tempat tinggalnya, menggugah pemikiran Tunggul Harwanto untuk berperan aktif. Tunggul cukup prihatin dengan kondisi masyarakat Desa Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi.
Rendahnya fasilitas untuk pendidikan menjadi pembatas bagi anak-anak tersebut untuk menambah wawasan. Bahan bacaan sangat minim sehingga anak-anak tidak bisa mendapat pengalaman yang menyenangkan dari aktivitas membaca.
Keresahan Pemuda Ketapang terhadap Masalah Sosial
Pada waktu itu masalah sosial yang terjadi di masyarakat Ketapang cukup komplek. Bukan hanya rendahnya mutu pendidikan bagi anak-anak, remaja dan orang tua pun mengalami keterbatasan pengetahuan sehingga berpengaruh pada kehidupan sehari-hari.
Kondisi ini diperparah dengan tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan pernikahan dini. Masalah tersebut menjadi mata rantai yang tidak mudah untuk diputuskan.
Sebagai pendatang, Tunggul mengajak anak muda Desa Ketapang untuk peduli dengan keadaan tersebut. Gayung bersambut, ada empat pemuda yang mau bersama membangun desanya.
Mereka pun kemudian mendirikan rumah bacaan yang menyediakan kebutuhan buku bagi anak-anak. Karena keterbatasan dana, buku yang mampu disediakan baru buku bekas, namun sangat berarti bagi anak-anak tersebut.
Sebelum membaca, anak-anak ini diberi kebebasan bermain di halaman taman bacaan dengan permainan tradisional. Hal ini tidak hanya melestarikan permainan tradisional saja, tetapi juga mengenalkan anak-anak yang sebelumnya masih asing dengan aktivitas tersebut.
Berbagai Program Literasi
Mimpi Tunggul dan teman-temannya memang tidak mudah diraih, namun juga tidak berarti mustahil untuk tercapai. Setelah beberapa waktu, Tunggul mampu mendirikan beberapa beberapa rumah baca.
Mimpi mereka adalah mendirikan 1000 rumah baca. Dari waktu ke waktu, rumah baca yang mereka inginkan semakin bertambah. Tunggul dan teman-teman dengan senang hati menemani anak-anak membaca koleksi buku yang disediakannya.
Bahkan tidak jarang para relawan tersebut juga ikut bermain bersama anak-anak untuk mengembalikan aktivitas pada dunia sesuai usia anak-anak tersebut.
Selain itu, Tunggul juga membangun Sekolah Pengasuhan Berbasis Komunitas. Sekolah ini merupakan media bagi orang tua untuk belajar tentang parenting dan semua hal yang berkaitan dengan pendidikan serta pengasuhan kepada anak-anaknya.
Secara berkala Sekolah Pengasuhan ini mendatangkan pemateri yang menyampaikan bahan kajian sesuai dengan kondisi dan kebutuhan saat itu.
Ini yang mendorong peningkatan kemampuan dan pengetahuan orang tua sehingga bisa mendampingi tumbuh kembang anak secara maksimal.
Kegiatan literasi ini juga menyasar anak-anak muda di Desa Ketapang dengan hadirnya ruang aspirasi. Di ruang aspirasi ini semua bebas menyampaikan pendapatan, saran, ide, gagasan dan kritik secara bebas dan bertanggung jawab.
Upaya yang dirintis oleh Tunggul mendapat sambutan dan dukungan dari pihak desa, Tunggul pun menyusun berbagai program lanjutan kepada pihak desa yang membantu untuk mewujudkannya. Program lain yang selalu dinanti oleh masyarakat adalah LiterUp.
Dalam event tersebut semua anak-anak akan menampilkan pertunjukan sesuai bakat dan minatnya. Ada yang menampilkan puisi, drama, tarian dan lainnya.
Mendampingi Anak-anak Belajar Selama Pandemi
Pandemi covid berdampak besar pada kehidupan anak-anak. jika sebelumnya mereka bisa bebas bermain dan belajar di sekolah, selama pandemi terpaksa belajar secara online.
Hal ini tentu tidak mudah, apalagi tidak semua orang tua mempunyai waktu dan busa mendampingi anak-anak dalam belajar secara online tersebut.
Tunggul dan tim mengambil peran dengan mendampingi mereka belajar dan bermain agar tidak bosan. Anak-anak yang tidak mempunyai smartphone dan jaringan internet di rumah pun tidak mengalami kendala untuk belajar secara daring di taman bacaan yang dikelola.
Ini merupakan solusi terbaik karena 90% dari orang tua tidak bisa mendampingi anaknya belajar. Dari seluruh keluarga, 25% diantaranya juga tidak mempunyai smartphone.
Anak-anak pun 90% bosan belajar di rumah. Dengan belajar di taman bacaan, semua masalah tersebut bisa teratasi. Seiring bertambahnya waktu, perjuangan para relawan terus memberi manfaat bagi masyarakat.
Saat ini tidak kurang dari 57 taman bacaan yang sudah berdiri dan menjadi sumber pengetahuan. Tunggul dan teman-temannya telah membuktikan kontribusinya pada kemajuan masyarakat.
Karena itu sosok satu ini mendapat anugerah Satu Indonesia Astra yang merupakan apresiasi Astra kepada masyarakat yang membawa perubahan.
Jika Timbul Harwanto bisa, maka kita pun bisa. Saatnya kita juga memberikan sumbangsih terbaik kepada lingkungan dan kemajuan Bangsa Indonesia.