Tokoh politik yang akan maju dalam bursa pencalonan presiden di pemilihan umum tahun 2024 nanti, Anies Baswedan semakin mendapat sorotan.
Banyak yang menganggap mantan orang nomor satu di Jakarta ini sebagai gubernur yang gagal.
Tuduhan demi tuduhan tersebut mampu ditepis oleh kandidat yang diusung oleh Partai Demokrat, PKS dan NasDem ini.
Selama menjabat gubernur DKI, Anies dituduh banyak menyebabkan munculnya masalah sensitif di masyarakat, khususnya warga DKI.
Mulai dari isu pribumi, yang berarti tidak memberi ruang pada etnis lain di Indonesia, membiarkan pendukung menggunakan isu agama sampai program yang tidak rasional dan tidak terealisasi.
Statement Kemenangan Pribumi
Ketika menjabat gubernur, muncul isu bahwa Anies membuat statement kemenangan pribumi yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebelumnya ada penjajahan dari etnis lain.
Sedangkan sebelumnya pemimpin Jakarta keturunan Tionghoa. Ini dianggap Anies menyebarkan symbol etnis tertentu sebagai pribumi.
Anies menanggapi hal ini dengan cerdas. Menurut tokoh politik ini, hal tersebut bisa dituduhkan apabila Anies tidak menjadi pemimpin Jakarta.
Namun realitanya, tokoh satu ini menjadi pemimpin yang merangkul semua etnis. Dalam kepemimpinannya tidak ada satu pihak pun yang tidak dirangkul dan didiskriminasikan.
Salah satu tudingan lain yang ditujukan pada tokoh politik kharismatik ini adalah ajakannya untuk “Merajut tenun kebhinekaan” yang tidak sesuai fakta.
Beberapa pihak memberikan penilaian negatif bahwa selama kepemimpinannya justru isu agama muncul dan berkembang, bahkan ada yang menyampaikan jika dampaknya terasa sampai sekarang.
Menjawab masalah ini, Anies menyebutkan hal itu tidak pernah terjadi. Selama kepemimpinannya tidak ada isu yang dikembangkan.
Mengenai tuduhan Anies melakukan pembiaran ketika pendukungnya menyebar isu, hal tersebut ditepis dengan fakta.
Anies justru membuat edaran untuk tidak melakukan pelarangan terhadap kegiatan keagamaan.
Salah satu yang dituduhkan adalah Anies membiarkan pendukungnya melarang untuk mensholatkan pendukung pemimpin non Muslim.
Realitasnya, Anies justru melarang tindakan tersebut dan selalu meminta pendukungnya untuk menghargai perbedaan pendapat.
Hal ini disampaikan pada https://www.youtube.com/watch?v=eVGeqrllT-A
Proyek Sumur Resapan yang Gagal
Selain isu perpecahan yang dituduhkan pada Anies Baswedan, isu lain adalah mengenai program-program yang gagal.
Salah satu contoh tuduhan tersebut adalah proyek sumur resapan yang berjumlah 27 ribu.
Tanggapan miring yang ditujukan kepada Anies adalah bahwa proyek ini gagal dan hanya merusak tatanan saja.
Bukti yang disampaikan adalah gambar-gambar sumur resapan yang berantakan di sepanjang jalan.
Menanggapi hal ini, Anies menyampaikan bahwa proyek tersebut dikerjakan oleh banyak kontraktor yang diakui ada beberapa tidak bekerja sesuai prosedur.
Tokoh politik ini menyebutkan bahwa jika dari ribuan proyek tersebut, ada 50 buah yang tidak rapi masih wajar.
Namun yang di-blow up adalah sebagian kecil yang gagal tersebut sehingga kesan yang muncul proyek tersebut tidak ada manfaatnya.
Anies mempersilahkan siapa saja untuk mengecek dengan terjun ke lapangan secara langsung guna memastikan apakah proyek tersebut bermanfaat.
Bukti yang bisa dikumpulkan selama ini bahwa dengan sumur resapan tersebut menjadikan genangan air hujan lebih cepat surut sehingga meminimalkan potensi banjir.
Menurut mantan gubernur DKI ini, banyak wilayah Jakarta yang berupa rawa sehingga genangan air sulit untuk hilang.
Manfaat sumur resapan untuk mempercepat jalannya air tersebut.
Disebutkan juga oleh tokoh satu ini bahwa model sumur resapan banyak diadopsi oleh kota-kota di dunia dan terbukti berhasil.
Tanggapan miring memang tidak bisa dihindarkan bagi tokoh politik, termasuk Anies Baswedan. Namun mantan rektor Universitas Paramadina ini mampu menepisnya dengan fakta dan hasil kerja yang bisa dibuktikan di lapangan.